Pages

Labels

Pengikut

Search

Copyright Text

Senin, 11 Juli 2011

HIDUP untuk MATI

Walter Breuning meninggal dunia di sebuah panti jompo di Great Falls, Montana, AS, pada tanggal 14 April lalu. Ia bukanlah orang penting, bukan orang kaya, bukan artis, bukan pula tokoh supertenar. Nama Walter Breuning tercatat di Guiness Book of World Record edisi 2010 sebagai pria tertua di dunia. Ia meninggal pada usia 114 tahun. Istrinya Agnes telah meninggal pada tahun 1957 setelah pernikahan mereka berjalan 35 tahun tanpa dikaruniai anak. Sejak saat itu Walter tidak pernah menikah lagi.
Usia bisa demikian panjang, tentu berkaitan dengan pola hidup, pola makan, di samping kondisi fisiknya.
“Saya tidak pernah punya pantangan makan, tetapi selalu membatasi hanya makan dua kali sehari, dan itu cukup bagi tubuh kita,” ujarnya dalam wawancara 06 Oktober 2010. “dalam hidup, pikiran lebih penting daripada makanan. Gunakan pikiran untuk mengendalikan tubuh Anda. Mind and Body adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan: gunakanlah secara seimbang. Gunakanlah terus keduanya sepanjang hidup. Buatlah mereka terus sibuk, selama mungkin.”
Adakah ajaran lain yang biasa dibagikan kepada kita- kita yang lebih muda?
“Terimalah perubahan, meski itu menampar anda. Yakinlah bahwa setiap perubahan itu baik.”
“Bekerjalah selama mungkin. Dengan begitu anda akan terus merasakan hasilnya.”
“Bantulah orang lain. Semakin banyak anda mengulurkan bantuan, jiwa anda akan semakin sehat.”
Lalu setelah semua saran itu diikuti, kiat apakah yang menjadi kunci panjang umur?
“Jangan takut mati. Banyak orang takut akan kematian, tapi saya menerimanya. Saya belajar ini dari kakek saya. Dia bilang “ semua orang akan mati, dan saya juga akan mati. Setiap saat. ”Ya, kita memang hidup untuk mati.”

Tentu bukan kematian sia- sia yang kita sambut dengan senang, tapi kematian yang datang setelah kita isi hidup dengan kebaikan. Walter Breuning mengalaminya setelah menjalani hidup selama 114 tahun. Hidup kita mungkin tidak sama dengan dia, tapi kita bias memiliki kesiapan yang sama.

Dikutip dari “Intisari” edisi 577

0 komentar:

Posting Komentar