Pages

Labels

Pengikut

Search

Copyright Text

Senin, 11 Juli 2011

Cukup...

Alkisah, seorang petani menemukan sebuah mat air ajaib. Mata air itu mengeluarkan kepingan uang emas yang tak terhingga banyaknya dan bisa membuat si petani menjadi kaya raya. Seberapapun yang diinginkannya, kucuran uang emas itu tidak akan pernah berhenti hingga si petani yang memberhentikannya dengan mengatakan “cukup”..

Seketika si petani terperangah melihat kepingan uang emas berjatuhan di depan matanya. Diambilnya beberapa ember untuk menampungnya. Setelah semuanya penuh, dibawanya ke gubuk mungilnya untuk disimpan disana.

Kucuran uang terus mengalir, sementara si petani mengisi semua karungnya, seluruh tempayannya bahkan mengisi penuh rumahnya. Masih kurang.., dia menggali sebuah lubang besar untuk menimbun emasnya.

Belum cukup... Dia membiarkan mata air itu terus mengalir, hingga akhirnya petani itu mati tertimbun. Ya, dia mati tertimbun bersama ketamakannya karena dia tidak pernah bisa berkata “cukup”.

Kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia adalah “cukup”.

Kapankah kita bisa berkata “cukup”? Hampir semua pegawai, merasa gajinya belum bisa dikatakan sepadan dengan kerja kerasnya. Pengusaha, selalu merasa pendapatan perusahaannya masih dibawah target. Istri mengeluh suaminya kurang perhatian. Suami berpendapat istrinya kurang pengertian. Anak-anak menganggap orangtuanya kurang murah hati.

Semua merasa kurang.. kurang.. dan kurang..
Kapankah kita bisa berkata “cukup”?
Cukup, bukanlah soal berapa jumlahnya.
Cukup adalah persoalan kepuasan hati.
Cukup hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa bersyukur.
Tak perlu takut berkata cukup..!
Mengucapkan kata cuku bukan berarti kita berhenti berusaha dan berkarya.
Belajarlah mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini,
Maka kita akan menjadi manusia yang berbahagia.. Amiinn..

0 komentar:

Posting Komentar